Gairah dari balik gorden

 SUDAH dua minggu belakangan Rahayu, 35, bolak-balik ke sebuah
rumah sakit (RS) swasta di kotanya. Semua berawal ketika sang suami
mengalami kecelakaan lalu lintas dalam perjalanan pulang dari kantor.

Meski mengalami patah kaki serta mendapat jahitan di beberapa bagian
tubuh, lelaki yang selama 15 tahun menjadi pasangan hidupnya itu cukup
beruntung, karena kondisinya bisa saja jauh lebih buruk. Apalagi jika
melihat kondisi motornya yang hancur.

Rahayu akui, memang sedikit merepotkan karena harus membagi waktu antara
menjaga sang suami dengan mengurus rumah serta kedua putrinya. Malam
hingga pagi hari di RS, sisanya di rumah. Dia bersyukur mereka sudah
cukup dewasa untuk ditinggal dan mau bantu mengurus rumah.

Seperti malam-malam sebelumnya, Rahayu kembali menginap di RS untuk menjaga sang suami.

Sekilas tentang kamar rawat itu. Ada 4 ranjang dalam kamar itu,
masing-masing dipisahkan oleh gorden yang dapat ditarik dan menutupi
ranjang lainnya. Fasilitas adalah sebuah lemari kabinet di sebelah
ranjang, TV yang menggantung dari langit-langit di kaki pembaringan,
serta 2 kamar mandi yang dapat digunakan bersama oleh para pasien.

Balik pada Rahayu. Selepas isya sang suami kembali mendapat pemeriksaan
rutin, diikuti pemberian obat, setelah itu waktunya membersihkan diri.
Rahayu bisa saja minta bantuan suster jaga. Hanya saja dia merasa tak
rela jika wanita lain memandikan suaminya.

Usai memandikan suami dan membaringkannya di ranjang, Rahayu pun
mengobrol dengan ayah dari kedua putrinya itu. Saat itulah tiba-tiba
saja sang suami meminta sesuatu padanya sambil berbisik, “eh Mi. Udah sebulan neh. Abi lagi pengen nih. Kita gituan yuk.”

“Ih Abi apa-apan sih. Lagi sakit juga,” protes Rahayu, ikut berbisik. “Nanti aja napa di rumah. Tinggal 3 hari lagi juga.”

“Ayolah Mi. Yang ‘itu’ kan sehat. Abi udah nggak kuat nunggu 3 hari lagi.”

Rahayu akui, memang sudah sebulan mereka tak berhubungan intim. Dia
sangat paham, sang suami memang memiliki gairah yang cukup tinggi.
Syukur pendampinng hidupnya itu tidak pernah melampiaskan ke wanita
lain. Setidaknya sepanjang yang dia tahu.

Sebagai istri, Rahayu sendiri tidak pernah merasa kewalahan melayani
gairah sang suami. Kecuali saat ‘datang bulan’, dia tak pernah sekalipun
menolak disetubuhi. Toh dia juga menikmati.

Tapi malam itu mereka tidak sedang berada di rumah. Okelah seperti kata
sang suami, ‘bagian itu’ sehat-sehat saja. Dia juga tidak perlu khawatir
dengan para suster. Mereka tidak pernah mengunjungi kamar kecuali
dipanggil atau ada hal darurat.

Hanya saja di kamar itu, dia dan suami tidak cuma berdua. Ada satu
pasien lagi yang baru masuk kemarin. Andai sang suami meminta
sebelumnya, dia pasti takkan menolak.

“Tutup aja gordennya,” suami Rahayu menjawab kekhawatiran. “Maen-nya jangan berisik.”

Iya sih mereka bisa menutup gorden. Rahayu juga yakin bisa
menahan suara supaya tidak berisik. Meski begitu dia tetap ragu. Namun
suaminya terus membujuk, membuat wanita itu merasa tidak tega. Dia pun
menawarkan sebuah kompromi. “Gimana kalo Umi sepongin aja. Nanti kalo udah di rumah baru Umi kasih.”

Tawaran Rahayu disambut sukacita. Sebelum itu, dia tak lupa menarik
gorden menutupi ranjang perawatan. Tak lama, dia terlihat duduk di kursi
di sebelah pembaringan, asik menjilati, mengisap, serta mengulum kontol sang suami.

MENIT-MENIT berlalu dengan sang suami merasakan lihainya
permainan oral Rahayu. Wanita itu sendiri diam-diam mulai merasa
gairahnya bangkit. Andai di rumah, dia pasti sudah naik ke ranjang dan
mengangkangi lelaki itu. Merasakan nikmat kontol, yang tengah diisapnya, mengobok-obok vagina.

Tanpa diketahui pasangan itu, teman sekamar suami Rahayu ternyata
menyadari ‘kegiatan’ keduanya, sejak dari awal mereka berbisik-bisik.
Mereka tak tahu bahwa ternyata Erik, 29, pasien itu, punya telinga yang
tajam.

Awalnya, Erik hanya bisa senyum-senyum saja. Dia pribadi sangat maklum.
Dalam situasi yang sama dan andai istrinya sendiri ada di sana, dia
mungkin meminta hal yang sama. Sayang istrinya baru akan mulai menemani
besok siang.

Erik sendiri sebenarnya bisa dibilang sedang tidak sakit. Dia di sana
untuk menjalani sebuah operasi pengangkatan pin di tulang paha serta
rusuk. Setahun yang lalu, dia juga mengalami kecalakaan, bahkan
kondisinya jauh lebih parah.

Berbaring di atas ranjang, Erik coba mengalihkan pikiran dari kegiatan
di sebelah. Sayang dia gagal. Meski tak lagi mendengar bisik-bisik
pasangan itu karena mengenakan earphone, dia jadi membayangkan Rahayu dengan sensual mem-blowjob suami. Bahkan dia jadi berimajinasi jika kontol-nya lah yang tengah diservis. Gairahnya pun bangkit.

Tak dapat menahan birahi, Erik putuskan menonton beberapa bokep yang tersimpan di handphone (hape) sembari beronani. Sayang hal itu tak cukup memuaskan.

Ada tayangan langsung di sebelah. Kenapa malah nonton bokep? Pikir Erik.

Nekat, Erik mengendap-endap ke batas gorden dekat kaki ranjangnya.
Seberhati-hati mungkin, dia sedikit melebarkan dan mulai mengintip.
Sontak dia terkesima. Jauh lebih erotis dari imajinasinya. Seorang
wanita dengan hijab serta gamis lebar tengah mengoral sang suami.

Awal perkenalan, Rahayu sudah membuat Erik kagum. Meski telah berusia 30
tahunan (dia hanya menduga), menikah belasan tahun, dan melahirkan dua
putri, wanita itu masih terlihat seperti 25 tahunan. Di balik pakaian
serba lebar yang dikenakan, wanita itu pasti juga memiliki tubuh yang
indah.

Erik coba membandingkan dengan istri sendiri. Dia akui, pendamping
hidupnya itu tak kalah dengan Rahayu. Tapi seperti kata orang, rumput
tetangga memang tampak lebih hijau.

Rahayu memang luar biasa. Betapa wanita itu sangat lihai dengan
permainan mulutnya. Lihat saja ekspresi sang suami yang jelas sangat
menikmati.

Uuh… Andai itu aku.

Gairah Erik kian meninggi. Dia mulai mengelus kontol-nya sendiri
dari balik celana panjang rawat inap. Tapi lama kelamaan dia merasa tak
puas dan akhirnya nekat membebaskan batang perkasa itu dan kembali
bermansturbasi.

“Haah…”

Ups. Saking menikmati, Erik tanpa sadar mendesah. Hanya desahan kecil,
sebuah bisikan. Sial baginya, Rahayu ternyata bertelinga tajam.
Sekonyong-konyong, wanita itu menoleh dan terbelalak dengan apa yang dia
saksikan.

Erik buru-buru menempelkan telunjuk ke bibir, isyarat agar Rahayu tak
berteriak atau apalah. Dia lalu menempelkan telapak tangan sebagai tanda
minta maaf. Meski begitu dia tetap bergeming, dengan kontol
mengacung bebas dalam tatapan terkejut Rahayu. Konyolnya, dia justru
memberi isyarat pada sang wanita untuk lanjut mengoral sang suami.

Tentu saja Rahayu marah. Berani sekali lelaki ini mengintipnya, bahkan
lancang meminta dia melanjutkan. Seharusnya dia mengadu pada sang suami.
Tapi dia takut malah akan membuat keributan dan mereka bertiga akan
malu.

“Kenapa Mi? Koq berenti?” tanya suaminya pelan.

Gapapa Bi. Umi cuma pegel. Posisinya kurang nyaman,” Rahayu berbohong.

Bagaimana ini? Rahayu merasa galau. Jika dia tak melanjutkan permainan
oralnya, sang suami pasti curiga. Tapi masak dia melakukannya ditonton
orang lain?

“Ayo dong Mi, isepin Abi lagi,” mohon sang suami.

Tak banyak waktu berpikir, Rahayu harus memutuskan. Kalau masalahnya
adalah rasa jengah karena ditonton saat mengoral, maka dia bisa
melakukan sesuatu tentang itu. “Sebentar ya Bi, Umi pindah posisi dulu,”
ujarnya.

Rahayu bangun dari kursi, berjalan memutari ranjang, dan berhenti
sejenak di depan Erik, yang masih saja berdiri dengan senyum nakal
sembari membelai kontol-nya sendiri. Sejenak dia melirik kelelakian itu. Walau sangat singkat, ternyata mampu membuat birahinya berdesir.

Meski jengah, Rahayu paksakan diri memelototi Erik dan memasang tampang
murka. Di saat yang sama meraih gorden dan berupaya merapatkan, namun
gerakannya ditahan lelaki itu. Dia semakin melotot, terus berusaha,
sayang dia kalah tenaga.

Udah sana lanjutin,” bisik Erik. “Suami kamu nungguin tuh.”

Rahayu mendelik. Tanpa disuruh dia memang akan kembali menyenangkan
suaminya. Tapi jangan harap Erik bisa menonton. Dia pun mengatur posisi,
memunggungi dan menghalangi pandangan mata lelaki itu, lalu membungkuk
untuk lanjut menyenangkan sang suami.

Setelah 15 tahun berumah tangga, Rahayu sudah sangat terbiasa mengoral
sang suami, namun ini pertama kali ditonton orang lain, terlebih seorang
pria. Tentu saja itu membuatnya jengah dan risih. Tapi selain itu ada
perasaan aneh muncul. Sebuah gairah berbeda dengan yang selama ini
pernah dirasakannya.

Slurp… Slurp… Rahayu terus mengisap. Sesekali menjilati batang kontol
sang suami. Dengan sengaja dia sedikit mengeraskan suara kuluman, tak
jarang mendesah dan mengerang erotis. Tidak terlalu kencang, tapi dia
yakin terdengar oleh Erik. Dia sengaja ingin semakin memancing gairah
Erik.

Biar tahu rasa, pikir Rahayu.

Mupeng-mupeng deh lo. Emang enak ngocok sendiri. Ejeknya dalam hati.

Keisengan Rahayu semakin bertambah. Yang awalnya tidak ingin Erik
melihat dia mengoral justru bergeser, agar dapat ditonton. Dia ingin
pamer kelihaiannya pada laki-laki kurang ajar itu.

Rahayu jadi ingin melihat bagaimana ekspresi Erik. Penasaran apakah
keisengannya berhasil. Namun dia menahan diri. Kalau dia menengok, yang
ada malah pria itu senang. Lagipula membayangkan si pengintip asyik
sendiri sudah bikin jengah, apalagi sampai melihat.

Kemudian dia sadar, dia tak lagi mendengar bisik desah dan nafas Erik.
Padahal sebelumnya dia masih menangkap suara lelaki itu, sesekali.

Apa dia sudah selesai? Cuma segitu aja? Rahayu mengejek dalam
hati. Dia menduga Erik pastilah telah mencapai orgasme. Kalau benar,
lelaki itu jelas kalah perkasa dibanding suaminya. Namun dia salah,
karena baru saja selesai berpikir, dia merasakan ada yang membelai
pantatnya.

“Aduh. Pelan-pelan dong Mi,” protes suami Rahayu.

Kaget oleh sentuhan tiba-tiba itu, dia tanpa sengaja mengisap terlalu
kuat. “I-iya Bi, maaf. Abis-nya Umi nafsu,” balas Rahayu gugup lalu
cepat-cepat menoleh ke belakang.

Rahayu baru sadar, Ternyata kenakalannya menjadi senjata makan tuan.
Saat dia bergeser untuk pamer kelihaian mengoral, pantatnya jadi
menungging dan mendorong gorden ke belakang, mengarah ke ranjang
sebelah. Kini dari baliknya, sepasang tangan menjamaah dengan kurang
ajar. Dia memang tak bisa melihat, tapi itu pasti Erik.

advertisement

Rahayu ingin memberitahu suaminya tentang pelecehan yang dia dapat, tapi
dia kembali ragu, tak mau terjadi keributan. Dia lalu coba menepis
tangan Erik dengan menggoyang pantat, namun gagal. Dia berusaha
menghindar dengan menggeser pantat menjauh, tapi ditahan oleh lelaki
itu.

Rahayu menyerah. Sekarang ini dia terpaksa membiarkan Erik berbuat
seenaknya, tapi nanti saat suaminya puas dan tertidur, dia akan langsung
mendamprat lelaki itu.

Setidaknya begitulah rencana wanita itu. Namun seiring gelitik serta
nikmat sentuhan sang lelaki, pikiran itu menguap, begitu juga
kemarahannya.

Di saat yang sama, Erik telah menyibak dan menggantungkan gorden di pinggul sang wanita.

“Haahhh…” Rahayu mendesah. Dia tak kuasa bergoyang, menikmati belai dan remasan Erik di pantatnya.

Tiba-tiba Rahayu tersentak dan nyaris menjerit saat Erik dengan cepat
menarik rok gamisnya ke atas hingga pantat montoknya terpampang.
Kepanikannya muncul merasakan sentuhan jemari sang lelaki pada
kemaluannya yang masih bercelana dalam. Refleks, dia berusaha menarik
diri dan menghindar, namun lagi-lagi gerakannya tertahan.

“Aahhh…” Rahayu mengerang lirih.

Cukup! Stop! Jerit nurani Rahayu. Akal sehatnya berteriak agar
dia menghentikan Erik. Biarlah jika nanti menimbulkan keributan dan
membuat malu. Namun birahinya berkata lain. Dia justru menikmati
kelancangan lelaki itu, bahkan menginginkan lebih.

Rahayu kian dikuasai birahi. Apalagi Erik berhasil menurunkan celana
dalam yang dia kenakan, merenggangkan pahanya, dan tak lama sesuatu yang
basah menyusuri belahan memeknya. Tak ayal dia kembali tersentak oleh rasa nikmat yang menerjang.

Slurp… Slurp… Slurp… Tanpa ampun Erik menjilat, sesekali
menghisap, dan memainkan kelentit Rahayu dengan lidah serta mulut. Tak
lama jemari lelaki itu menemukan liang vagina milik sang wanita dan
mulai mengobok-obok.

Ooohh… Terus! Beri aku kenikmatan! Birahi Rahayu menjerit.

Erik memang tak berniat untuk berhenti. Dia ingin menuntaskan birahinya
pada Rahayu, maka dia menarik wajah dan jari dari kemaluan sang wanita
dan berdiri. Dengan satu tangan memegangi pinggul wanita berhijab itu,
sedang yang lain menggenggam kontolnya sendiri, dia pun mulai mengarahkan batang kemaluan pada liang kenikmatan yang telah basah itu.

Untuk kesekian kalinya, Rahayu kembali tersentak. Merasakan sebuah benda
tumpul menekan bibir kemaluan dan berusaha memasuki liang vaginanya.
Namun kali ini dia tak berusaha menghindar. Sebaliknya, justru sedikit
mengangkat pantatnya dalam upaya memudahkan Erik.

Slep… kontol Erik menyeruak masuk. Di luar dugaan, vagina
Rahayu ternyata masih terasa rapat meski wanita itu telah dua kali
melahirkan, bahkan lebih rapat dari istrinya sendiri.

Erik terus menekan perlahan, sedikit demi sedikit kontol-nya
masuk kian dalam. Rahayu sendiri kian tegang. Setelah 15 tahun menjaga
kesetiaan, malam itu dia membiarkan lelaki asing menyetubuhinya. Tentu
saja dia merasa sangat berdosa, namun sebanding dengan kenikmatan yang
dia dapat.

Rahayu coba membandingkan, milik siapakah yang lebih enak? kontol Erik atau suaminya? Jujur saja, dia tidak tahu, dan dia menyukuri itu. Andai kontol Erik lebih nikmat, mungkin dia tak lagi bisa menikmati persetubuhan dengan suami.

Uuhhh… Rapatnya. Erik membenak. Dia sedikit kesulitan untuk
terus menekan. Selain karena rapat, Rahayu sepertinya masih tegang
mengingat (mungkin) dia pria pertama yang menikmati vagina wanita itu
setelah sang suami.

Tak habis akal, Erik kembali menarik kontol terlepas, lalu menekan kembali. Dengan cara ini dia bisa membuat wanita bersuami itu lebih rileks, juga dia berharap jika kontol-nya telah licin oleh cairan kemaluan dari vagina, itu akan memudahkan.

Benar saja, setelah 3-4 kali melakukan gerakan yang sama, dia berhasil
masuk lebih dalam. Rahayu sendiri terasa semakin ‘membuka diri’,
hingga… Blesss… kontol Erik pun terbenam seluruhnya.

Heghh… Rahayu mengejang. Ohh, nikmatnya.

Dia pernah menonton film porno bersama suami. Sesuatu yang mereka
lakukan untuk memberi warna dalam hubungan suami-istri. Sering kali
(jika mungkin) mereka meniru posisi bercinta dalam film.
Pada beberapa film, ada adegan di mana pemeran wanita terlihat melayani dua pria sekaligus, istilahnya threesome.

Suami Rahayu pernah mengungkapkan jika dia acap kali membayangkan tengah
‘menggarap’ Rahayu bersama lelaki lain. Hanya berimajinasi, tegas sang
suami kemudian.

Malam itu imajinasi suami Rahayu menjadi kenyataan. Ironisnya, dia
bahkan tak menyadari apa yang terjadi. Saat masih melayaninya dengan blowjob, istrinya juga sedang menikmati kontol pria asing menyodok dari belakang.

“Uuhhh… Terus Mi. Abi udah mo sampe…” erang suami Rahayu lirih.

Gairah Rahayu kian naik. Ada kepuasan berbeda mengetahui dia masih mampu
membawa suami mencapai puncak hanya dengan sebuah blowjob. Apalagi dia
tak benar-benar bisa fokus dengan Erik yang masih terus memompa.

Dan kemudian…

Crot… Crot… Crot!!!

Didahului erangan kecil, memancarlah sperma sang suami. Rahayu menampung
cairan cinta itu dalam mulut, menelan seluruhnya bagai kehausan, nyaris
tak tersisa.

Usai orgasme, kontol suami Rahayu mengecil dengan cepat. Ini hal
baru, lelaki itu biasanya mampu mempertahankan keperkasaan selama
beberapa waktu usai mencapai klimaks. Nafas sang suami juga mulai
kembali teratur dan wajahnya tampak damai. Mungkin setelah mendapat
kepuasan, lelaki itu akhirnya terpengaruh efek obat yang dia minum
sebelumnya.

Dengan tidurnya sang suami, Rahayu sadar bahwa sekarang dia bisa
menghentikan ‘kegilaan’ yang sedang dia alami. Dia bisa menghadapi dan
mendamprat Erik tanpa khawatir akan terjadi keributan. Namun dia
berpikir ada baiknya menunggu sampai suaminya benar-benar pulas.

Rahayu tak memungkiri, mungkin dia hanya beralasan. Dalam hati dia
sangat menikmati pemerkosaan itu. Dia ingin Erik terus menyodoknya.
Lebih kencang, lebih keras, dan lebih dalam lagi.

“Heeghh… Heeghh… Heeghh…”

Sekuat tenaga Rahayu menahan suara, mengatupkan bibir. Jemarinya
mencengkeram erat besi ranjang sang suami, pantat serta pinggul bergerak
erotis, tak ayal menambah kenikmatan.

Hingga…

“Aargghhh…”

Rahayu mengejang lalu menyentak-nyentak kecil tatkala orgasme yang
dinanti-nanti menerjang dahsyat. Semakin nikmat karena Erik masih terus
menyodok, sembari menghentak keras.

Terus… Terus… Oohhh… Benak Rahayu meracau.

Satu hentakan dan akhirnya Erik berhenti bergerak, membiarkan kontol-nya terbenam sedalam mungkin dalam vagina Rahayu, menikmati kedutan dinding-dinding liang hijaber itu.

Perlahan-lahan, orgasme Rahayu mulai mereda, begitu pula kedutan-kedutan
pada dinding vaginanya. Wanita itu mulai merasakan tubuhnya dengan
cepat melemas dan kedua kaki gemetar. Untung Erik saat itu menarik kontol terlepas dan hijaber itu pun lunglai ke lantai, bersimpuh, serta tertunduk, sedang kedua tangan masih memegangi ranjang sang suami.

“Hahh… Hahh… Hahh…”

Rahayu coba mengatur nafas. Meski tak melihat langsung, dia sadar Erik
telah membuka gorden, menghampiri, lalu berdiri di sampingnya. Wanita
itu pun mendongak dan mendapati sang lelaki tersenyum kemudian
mengulurkan tangan.

Rahayu bisa merasakan tenaganya mulai pulih, walau masih sedikit lemas.
Dia pun menerima uluran tangan Erik, yang menarik dan membantu dia
berdiri. Hingga mereka saling berhadapan.

Saatnya memaki pria ini, pikir rahayu.

Namun dia tak dapat melakukannya. Dia bahkan tak mampu memandang Erik,
hanya menunduk malu dengan wajah merona, layaknya gadis remaja
berhadapan dengan sang pujaan hati. Dia tak kuasa menolak saat lelaki
itu meraih pinggulnya, maju mendekat, dan merapatkan diri.

Kedua tangan Rahayu naluriah menahan dada Erik, tanpa sedikitpun ada
upaya untuk mendorong lelaki itu menjauh. Dia memberanikan diri untuk
menatap mata sang pria.

Seketika darahnya berdesir dan jantungnya berdebar kian cepat tatkala
menyadari ada bara gairah di mata itu, yang membuat tubuhnya gemetar
kecil. Bukan hanya karena dia takut dengan cara Erik menatap, tapi lebih
dari itu, dia merasa sangat tersanjung, juga terangsang.

Usia Rahayu memang belum terlalu tua namun jelas dia telah melewati
keremajaan. Dia sadar jika kerut-kerut usia mulai menghiasi. Selain itu,
beberapa bagian tubuhnya mengendur, apalagi usai dua kali melahirkan. Toh
meski dengan itu semua, dia mampu membuat Erik begitu berhasrat. Itu
membuat birahinya kembali bangkit dan pertahanannya mengendur.

Erik pun semakin merapat. Bersamaan wajahnya ikut maju mendekat.

Stop! Hentikan!

Kata-kata Rahayu hanya bergaung dalam benak. Tubuhnya berkata lain. Tak
mampu bergerak, bahkan menanti sentuhan bibir Erik yang tak terelakkan.
Kala itu terjadi, dunia di sekitar wanita berhijab itu seakan mengabur,
lalu menjadi gelap saat dia memejamkan mata.

Bibir Erik kering. Meski samar, Rahayu bisa membaui aroma tembakau.
Selama ini, dia selalu menjauh dari orang-orang yang menikmati asapnya.
Tapi aneh, kini bau itu malah membuatnya bergairah.

Erik mulai beraksi, lidahnya menjulur berusaha menyusup di antara bibir
Rahayu, kedua tangannya menarik bagian belakang gamis Rahayu dan
langsung meremas sisi kiri pantat montoknya. Tak sampai di situ, tangan
kanannya menyusup ke balik gamis, naik ke atas, dan membelai langsung
punggung sang hijaber.

advertisement

Sentuhan itu sontak membuat Rahayu bergelinjang. Tanpa sadar dia
mendesah dan bibirnya pun sedikit membuka. Saat itulah Erik memanfaatkan
untuk menyusupkan lidah. Bibir lelaki itu kemudian bergerak untuk
memijit dan mengulum.

Lembut sekali, itulah kesan yang Rahayu dapatkan. Jelas sekali Erik lihai dalam bercumbu.

Please, jangan perlakukan aku selembut ini!! Rahayu menjerit dalam hati.

Cumbuan lembut Erik membuai Rahayu dan meluluhkan segala pertahanan.
Lelaki itu terus menyumbu penuh kelembutan dan ketakutan sang hijaber pun terjadi, dia telah takluk. Kegilaan yang sebelumnya terjadi karena terpaksa, telah menjadi kepasrahan.

Tak ada yang istimewa dari cara Erik mencium Rahayu. Namun ada sensasi berbeda yang membuat Rahayu sangat bergairah.

Tiba-tiba Erik menarik bibir serta wajahnya, lalu mundur.
Sekonyong-konyong Rahayu pun mendesah, tergantung antara lega dan kecewa
karena cumbuan sang lelaki berakhir, seperti yang tersirat dalam
tatapan sayu sang hijaber.

Rahayu berdiri bergeming, terus menatap Erik yang memandang dalam
senyuman. Tak ayal tubuhnya kembali gemetar, menyaksikan sang lelaki
mulai melucuti pakaiannya sendiri, hingga tak ada sehelai benangpun yang
menutupi.

Pandangan Rahayu bergeser, menyasar pada batang panjang nan keras yang
masih berkilat oleh sisa-sisa cairan cintanya. Diapun kembali menghela
napas, lalu terhenti tatkala tangan Erik terulur, menyasar ke dadanya.

“Ja… Jangan mas. Sudah cukup. Tolong hentikan,” iba Rahayu, menyadari niatan Erik.

Rahayu tahu permohonan itu sia-sia. Erik tidak akan berhenti sampai
puas. Lagipula dia tahu ibaannya hanya sekadar kata-kata kosong. Dia
masih ingin kenikmatan dari lelaki itu. Lihat saja kenyataannya, dia
bahkan tidak mencegah saat satu per satu kancing depannya terlucuti,
gamisnya ditarik turun, lalu jatuh melorot di lantai.

Sepanjang hidup, bahkan sebelum memutuskan berhijab, Rahayu senantiasa
berusaha menjaga kesantunan. Belum pernah sekalipun dia sengaja
memperlihatkan bagian tubuhnya. Tapi kini, berdirilah dia, nyaris
telanjang dihadapan lelaki asing, dengan hanya kerudung di kepala dan bra yang tampak tak mampu menutupi busungan kedua bukit indahnya.

“Kamu sangat indah,” bisik Erik memuji, membuat Rahayu bersemu malu.

Lelaki itu kembali mengulurkan tangan, kali ini meraih pergelangan tangan Rahayu, lalu menariknya perlahan.

“K-kemana mas?” tanya ibu dua anak itu, gugup.

Erik tak menjawab, menarik sedikit lebih keras saat Rahayu bertahan dan bergeming. Sang hijaber pun terpaksa mengikuti, menuju ranjang terjauh dari tempat suaminya terlelap.

Erik berhenti dan melepas Rahayu di samping ranjang. Sang hijaber hanya terpaku mengikuti langkah Erik yang menutup gorden, lalu berbalik menuju ranjang rawat dan berbaring di atasnya.
Rahayu langsung mengerti apa yang diinginkan Erik.

Untuk kesekian kali, wanita itu mengalami pergumulan batin. Dia
seharusnya menghentikan semua kegilaan ini, namun birahinya berkata
lain. Akhirnya dia menyerah. Meski dengan segala keraguan di hati, dia
pun beranjak menghampiri.

“Sini Mbak, naek ke atasku,” Erik memberi perintah sembari menggenggam kontol agar tegak berdiri.

Perlahan, Rahayu merangkak naik dan mengangkangi Erik dengan
memunggunginya. Terlalu malu untuk menghadap lelaki itu. Setelah
menyesuaikan posisi, dengan kedua lutut sebagai tumpuan, dia pun
bergerak turun.

Sreett..! Dibantu Erik yang mengarahkan kontol ke liang vagina Rahayu, batang perkasa itupun kembali memasuki sang hijaber. Agak seret, mungkin karena kemaluan mereka sudah sedikit kering.

Rahayu menghela lalu menahan nafas. Pantat serta pinggulnya menekan ke
bawah lebih kuat, namun masih mengalami kesulitan. Diapun bergerak naik,
lalu kembali turun. Upaya keduanya berhasil membuat lelaki itu
menyeruak lebih dalam. Tapi belum cukup, diapun mengulangi lagi.

Srett… Bless… Srett… Bleshh… Sleppp..!
Dia terus bergerak naik turun. Tiap kali kontol Erik kian lancar
dan masuk lebih dalam hingga liang vaginanya berhasil melahap seluruh
batang perkasa sang lekaki. Meski begitu hijaber itu terus saja bergerak, bahkan kian erotis dan binal dengan sesekali memutar pantat serta pinggulnya.

Ya tuhan… Ampuni aku… Nikmat sekali… jeritnya membatin.

Terengah-engah, Rahayu terus memacu. Hilang sudah rasa malu di hatinya.
Toh dia sudah menyerahkan kehormatan sebagai seorang istri dan ibu
dengan membiarkan Erik menyetubuhinya. Yang tersisa sekarang adalah
menikmati perzinahan itu hingga puas.

“Oohhh… Oohhh… Uugghhh…”

Sebentar lagi… Rahayu kembali membatin. Dia bisa merasakan desakan
yang akan membawa dia ke puncak kenikmatan. Dia pun kian memacu diri,
mengayang dengan tangan bertumpu di dada Erik.

Erik sendiri tak berdiam diri dan bergerak mengimbangi Rahayu. Mendorong
ke atas saat wanita itu turun, dan menarik turun ketika sang hijaber naik. Tak ayal, kian menambah kenikmatan.

Terus… Terus… Terus!!!

Ingin Rahayu menjerit dalam kenikmatan, tapi itu sama saja mengundang
bahaya. Bahkan walau sudah berusaha menahan suara, dia tetap saja
mengerang dan melenguh.

Rahayu semakin tidak tahan oleh desakan orgasme. Dia pun membungkuk ke
depan. Dengan begitu akan lebih mudah baginya mempercepat pompaan di memeknya sendiri.

“Hegh… Hegh… Hegh…”

Terengah-engah, Rahayu terus naik-turun, berusaha agar pantatnya tidak
bertumbukan dengan selangkangan Erik, yang tentunya akan menimbulkan
suara. Meski begitu dia tak bisa menahan suara kecipak kontol lelaki itu mengobok-obok memeknya.

Hingga akhirnya…

“Aahhhgghhh…”

Rahayu menyentak-nyantak hebat lalu kaku menegang. Bersamaan dia menekan dalam-dalam pantatnya, menyebabkan kontol Erik terbenam penuh dalam vagina yang berkedut cepat. Untung bagi hijaber itu, dia masih sempat membekap mulut sendiri agar menahan suara. Jika tidak, pasti dia akan menjerit dalam kenikmatan.

Sejenak Rahayu bergeming, menikmati sisa-sisa orgasme yang mulai mereda,
sembari mengatur nafas. Dia tahu benar bahwa perzinahan itu belum
berakhir. Dia pun masih ingin hal itu berlanjut. Orgasmenya mungkin
mulai reda, namun tidak dengan birahinya, yang justru bertambah tinggi.

Hasrat sang hijaber terkabulkan, bahkan sebelum orgasmenya benar-benar berakhir. Tanpa melepas kontol dari jepitan vagina Rahayu, Erik beringsut bangkit, berlutut, dan memosisikan diri untuk menyodok dari belakang, doggy style.

Rahayu ikut beringsut, mengatur posisi menungging senyaman mungkin. Tak lama, Erik pun mulai bergerak.

“Ouuhhh… masss…” Rahayu pun tak kuasa menahan keluhan.

Erik terus memompa dengan tempo teratur, menikmati tiap kali batang kontolnya bergesekan dengan dinding vagina Rahayu. Tak jarang kedua tangan meremas pantat montok sang hijaber, sesekali membelai punggung hingga pinggul.

Sleppp… Bless… Sleppp… Bless…

Sungguh nikmat tak terperi. Cara Erik menjaga tempo sodokan membuat
Rahayu kian menikmati persetubuhan itu, hingga dengan cepat desakan
orgasme kembali datang. Tak lama, dia pun kembali klimaks.

Usai orgasme itu, Erik mencabut kontol, lalu memerintahkan Rahayu
terlentang dan mengangkang selebar mungkin. Tak lama batang keras
lelaki itu kembali mengisi vagina sang hijaber.

Wow, sungguh sangat indah, puji Erik dalam hati, meluangkan waktu
mengagumi apa yang dia lihat. Seorang wanita cantik dan seksi berbaring
dalam keadaan nyaris telanjang bulat, tengah menjepit batang kontolnya. Sesuatu yang sebelum ini hanya bisa dia khayalkan.

Rahayu jelas menyadari jika Erik memandangi dan mengagumi tubuhnya. Dia
kembali bangga dengan keseksiannya. Meski begitu, dia juga malu dan
naluriah berusaha menutupi kedua payudaranya yang terbuka.

“Jangan ditutupin,” bisik Erik melarang. “Aku suka ngeliatnya.”

Masih malu-malu, Rahayu menyingkirkan tangan dan membiarkan Erik kembali
memandangi payudaranya. Masih berbisik, lelaki itu kemudian meminta
ijin untuk menyentuh. Dia sendiri tak mampu menjawab. Hanya bisa
memalingkan wajah, tak kuat memandangi wajah sang lelaki lebih lama
lagi.

“Aahhhhh…” Rahayu melapas erangan. Tubuhnya menyentak kecil oleh sentuhan lelaki itu.

“Geli mas,” keluhnya manja.

Erik tersenyum. Suara manja Rahayu membuatnya jadi gemas dan semakin ingin menggelitiki sang hijaber.
Perlahan dan lembut, jemarinya mulai menjelajah. Berpusat di busungan
dada, nyaris tak ada permukaan tubuh sang wanita yang tak tersentuh.

“Heghh… Heghh… Heghh…”

Menit demi menit berlalu. Sejak beberapa saat, Erik telah menindih
Rahayu, yang menyambut sang lelaki dalam pelukan erat dan terengah-engah
menerima sodokan.
“Enak mbak?” tanya Erik berbisik menggoda di telinga Rahayu, yang terlalu malu untuk menjawab.

Plak…!

advertisement

Tak mendapat jawaban, Erik semakin menggoda, menghujam kontol sedikit keras, dan membuat Rahayu melenguh, nyaris saja menjerit.

“Ouuggghhh…” lenguh Rahayu. “I-iya mas… Enak…”

“Apa yang enak?” Erik terus menggoda.

“K-kontol kamu… K-kontol kamu enak banget…” jawab Rahayu, mengakui jika dia menikmati perzinahan itu.

memek mbak juga enak.”

“Iya mas… Ooohhh, ampun… enak banget,” Rahayu mulai meracau kotor, “sodok terus mas… Sodok memek-ku yang kenceng.”

Erik mematuhi dan segera mempercepat pompaan, memberi hentakan pada tiap
hujaman. Sedikit kasar, namun toh Rahayu suka. Keduanya tak lagi peduli
andai suara peraduan mereka terdengar oleh orang lain, bahkan oleh
suami Rahayu.

Plak… Plak… Plak..!

“Ouuhhh… Terus mas… Terus…” Rahayu memohon tanpa malu.

Serta-merta Erik menegakkan tubuh agar lebih leluasa menyodok. Dia lalu
meminta Rahayu memainkan kedua payudara serta puting, sembari dia
sendiri memainkan kelentit wanita itu.

Plak… Plak… Plak..!

“Ohh… Oohhh… Oohhh…”

Untuk kesekian kalinya, Erik mengganti posisi. Dia meminta Rahayu
berbaring miring dengan lutut menekuk seperti bayi yang meringkuk. Dia
sendiri ikut berbaring di belakang wanita itu dan kembali memompa.

Kembali waktu berlalu. Erik bisa merasakan desakan dari bawah perut yang akan memberinya puncak kenikmatan. “Mbak… Aku mau sampe,” ujarnya.

Rahayu bimbang. Dia sendiri juga akan menjelang orgasme. Jika dia
meminta Erik agar tidak ‘keluar di dalam’, mungkin dia tak akan mencapai
klimaks yang diharapkan. Tapi relakah dia membiarkan benih lelaki lain
memenuhinya? Jujur saja, setelah kelahiran anak kedua, dia telah
melakukan operasi steril, jadi dia tak perlu takut hamil. Namun tetap
saja.

“Iya mas… Keluarin aja… Aku juga mau sampe…” Rahayu memutuskan memberi ijin. Dia butuh ‘penyelesaian’ walau harus membuang semua norma. Tak ada bedanya, toh perzinahan itu telah terjadi.

Di luar perkiraan, butuh waktu lebih lama bagi Erik mencapai orgasme.
Dalam hati Rahayu bersukur karena memberi dia kesempatan menggapai
orgasmenya sendiri. Keduanya pun menggapai puncak, nyaris bersamaan.

Terengah-engah, sepasang insan itu bergeming, membiarkan kemaluan mereka
tetap bersatu, sembari menikmati tiap momen orgasme yang melanda,
hingga perlahan mereda.

Rasa lelah dan kantuk menghampiri sang hijaber. Perlahan kesadarannya memudar hingga dia pun terlelap dengan kontol sang lelaki asing masih terjepit di vaginanya.