Namaku Jarwo Reksono, biasanya sih orang -orang manggail aku Jarwo. Saat
ini aku bekerja di sebuah perusahaan branding di kotaku S. Saat ini aku
udah masuk kepala 3, yak tepatnya 30 tahun. Istriku Rohana merupakan
teman masa kecilku semasa di desa di kota ujung barat pulau jawa.
Keluarga kami sangat berbahagia dengan kehadiran 2 anak. Dua-duanya cowok, Niko dan Andri. Dua-duanya masih SD kelas 2 dan 5.
Kami sekeluarga menempati rumah di sebuah komplek perumahan yang guyub
dan menenangkan. Dan saat ini kami dibantu asisten rumah tangga. Mbak
Sundari biasa kami memanggilnya. Sebenernya kali ini aku gak cerita
tentang dia sih.
Secara ekonomi aku sih gak ada masalah. Karena dengan ilmu digital
marketing yang aku punya, sampai saat ini aku sukses menjadi exportir
mebel. Yah lumayan lah buat masa depan anak-anakku. Selain aku punya
kantor sendiri, aku juga terbiasa untuk kerja dari rumah. Kan yang
terpenting ada koneksi internet.
Untuk kehidupan sexku normal-normal aja. Walaupun sudah punya anak 2,
aku masih rutin berhubungan dengan istriku 2-3 hari sekali. Bahkan
ketika nafsuku lagi meledak-ledak, bisa setiap hari aku melakukannya.
“Papa kok kuat sih tiap hari gituan?”, begitu komentar istriku suatu
saat. Yah mungkin aku rutin olahraga kali yah. Karena hampir tiap hari
aku lari pagi. Bahkan di weekend aku selalu main bola lapangan besar
dengan teman-temanku.
Dan beruntung kedua anak kami punya kamar sendiri. So, kami gak bingung
untuk melakukannya setiap malam. Bahkan saat “serangan fajar” sekalipun.
Salah satu cerita kekhilafan aku bermula dari sini. Karena suksesnya
usaha mebelku ini, membuat saudara dari istriku tepatnya tantenya ingin
mengembangkan bisnisnya di dunia digital. Tante Rahma namanya.
Aku sih lumayan akrab dengan Tante Rahma ini. Orangnya memang supel
gitu. Mudah akrab dengan orang. Dia orangnya berjilbab dan lumayan
berisi menurutku.
Usaha si tante ini adalah kerajinan perak. Dia punya toko di beberapa
daerah. Maksut dia mengajakku menjadi digital marketernya adalah untuk
meningkatkan penjualannya melalui online.
Walaupun saudara, dia memberiku penawaran yang menggiurkan. Jadi, aku
terima saja kerjaan darinya ini. Untuk memasarkan produknya ini aku
harus mengenal detail produk tersebut. Jadinya aku harus tau proses
produksi sampai packagingnya.
Untuk itu Tante Rahma berinisiatif mengajakku ke workshopnya di kota Y.
Tante Rahma : “Rohana, besok sabtu aku ajak suamimu ke kota Y ya. Mau lihat workshop”
Rohana (istriku): “oh iya tante silakan. Kira-kira berapa hari ?”
Tante Rahma : “palingan 3 hari”
Itulah sepenggal obrolan yang aku dengar saat Tante Rahma berkunjung ke
rumahku tempo hari dan minta ijin istriku untuk diajak ke kota Y.
Dan sampailah kepada hari kita berangkat. Aku berpamitan ke istri dan
anak-anakku dan berangkat ke bandara. Aku dan Tante Rahma janjian ketemu
disana.
Setelah sekitar 30 menit aku menunggu, akhirnya tante Rahma muncul.
Dengan balutan jilbab dan perpaduan long dress dan blazer, dia beitu
nampak anggun. Yah walaupun usia tanteku ini sekitar 45an, karena
berduit jadinya badan masih terlihat segar dan nampak terawat.
“Hey Jarmo, sudah lama yaa nunggunya”, mengagetkanku saat aku bermain HP waktu itu.
“Eh tante sudah sampai. Macet ya tante ?”, balasku
“Iyah ni tadi macet mau masuk tol. Yuk kita langsung”, timpalnya
Kita berjalan masuk checkin counter dan berikutnya menunggu di ruang
tunggu. Semerbak wangi saat aku duduk bersebelahan dengannya. Kita
banyak terlibat obrolan saat itu. Mulai dari bisnis, sosial sampaek
keluarga.
Tante Rahma : “Kamu gak nambah anak lagi ta Wo? ”
Aku : “Nggak tante, cukup 2 aja. 2 Aja udah repot ngurusnya.”
Tante Rahma : “Ya kali aja Hana pengen lagi Wo”
Aku : “Ya kalo pengen enak-enak ya pengen terus dia Tante, tapi kalo anak udah stop katanya”
Tante Rahma : “hahaha… bisa aja nih kamu Wo”
Begitulah obrolanku, kadang aku serempetin ke begituan. Dan tante Rahma kayaknya juga gak keberatan.
Setelah agak lama akhirnya pesawat kami sudah siap, dan kamipun
berangkat pagi itu. Tidak banyak yang kami obrolkan saat itu, kami
memilih untuk tidur.
Hingga akhirnya sampailah kita di kota Y. Kami dijemput mobil travel
langganan tante Rahma. Dia sepertinya sangat sering datang ke kota ini
untuk nengok workshopnya.
“Nanti kita dijemput sama travel langganan tante ya Wo. Nginepnya juga
nanti hotel langgananku”, katanya sesaat setelah kita landing.
Rute pertama kita cari sarapan dulu. Dipilihlah kita akan sarapan di
Warung Kopi K. Tempat makan berkonsep dapur desa yang dikelilingi sawah.
Setelahnya kita mampir ke hotel langganan tante Rahma untuk naruh
barang sebelum ke workshop sore harinya.
Sesampai di hotel masalah mulai muncul. Ada miskomunikasi antara tante
Rahma dengan hotel. Harusnya kita mendapat kamar sendiri-sendiri. Tapi
ternyata kamar yang ready cuman 1 dan double bed. Karena high season
juga tidak ada kamar lain yang available.
“Gimana nih wo ? mau nggak? Apa kita cari yang lain ?”, tanteku bertanya
“Gak usah tante. Udah gak papa. Lagian capek juga bawa-bawa barang
kesana kemari. Apalagi tante tuh, kayak orang minggat aja”, balasku
sambil becanda
“Enak aja kamu wooo”, sambil tersenyum dan memukulkan majalah ke bahuku
Selanjutnya kami menuju kamar untuk naruh barang dan istirahat sebentar.
advertisement
Tante Rahma : “Kamu gak papa ta wo sekamar gini. Tapi ntar aku bilang ke istrimu kalo kita beda kamar ya”
Aku : “Yak gak masalah tan. Justru aku nih yang tanya, ntar kalo aku khilaf gimana. Hehehe”
Sepertinya dia tau maksut dari omonganku.
Tante Rahma : “Ya masak kamu khilaf ama tante wo. Orang sudah tua gini”
Aku : “Namanya khilaf ya gak pilih-pilih tan. Haha”
Tante Rahma : “Kamu belum dikasih jatah ama istrimu yo. Kok ngelantur
gini. Yowes aku mau mandi dulu. Kamu jangan ngintip lo ya. Ngintip tak
sunat lagi kamu”
Aku : “Yaelah tan, aku gak bakalan ngintip. Paling ya langsung masuk. Hahahaha”
Sambil becanda mengepalkan tangannya dia berlalu menuju tas kopernya.
Sepertinya dia mengambil daleman dan baju gantinya. Terus berlalu ke
kamar mandi.
Akupun mengabari istriku kalo aku sudah sampai. Aku merasakan hal aneh
sekamar dengar wanita lain selain istriku yang masih punya hubungan
saudara.
Apalagi model kamar mandinya berdinding kaca buram. Jadi samar-samar
nampak tante Rahma di dalam. Akupun melihat tas kopor tante Rahma yang
terbuka dan tergoda untuk melihat isinya. Kali aja ada rejeki nomplok.
Bener dugaanku. Nampak daleman warna hitam di dalamnya. Sambil lihat
situasi aku lihat itu BH hitam. Hmmm ukurannya membuatku penasaran. 36C.
Itulah angka yang kulihat di tag BH.
Aku buru-buru meletakkannya kembali dan beringsut ke tempat tidur lagi waktu kudengar tante Rahma mau keluar kamar mandi.
“Udah wo gantian sana mandi terus kita berangkat”, tante Rahma memerintahku
Tante Rahma keluar dengan sudah memakai pakain siap pergi tanpa
mengenakan kerudungnya. Baru kali ini aku lihat dia tanpa memakai
kerudung.
Dan sore itu kami berkeliling ke tempat pembuatan perak sampai malam. Hingga kami kembali ke hotel lagi.
“Wo tante mandi dulu ya”, tante Rahma beranjak untuk mandi.
Tak lama berselang tante memanggil-manggil dari dalam kamar mandi, “woo… tolong ambilkan daleman tante dooong”
“Daleman apa tante”, teriakku
“Terserah pokoknya ambilin di tas koporku”, balasnya
Aku pun bergegas. Ini kesempatan langka. Kapanlagi dapat kesempatan
mengoprek koleksi daleman. Tampak beberapa helai bh dan cd berbagai
warna. Hitam, ungu, pink. Bentuknya pun seksi-seksi. Nampak dari
merknya, selera tanteku ini tinggi sekali.
Kuambil BH 36c nya itu dan aku beringsut ke pintu kamar mandi, “Tante nih”
Pintu terbuka dan muncul kepala si tante dan tanganya aja. Wah jadi penasaran ada yang dibalik pintu nih pikirku.
“Aku ikut masuk yah tan ?”, kataku sambil becanda
“Eeeh enak aja”, balas tante Rahma sambil menyaut BH yang kubawakan.
Tak lama setelah pintu ditutup kembali, terdengar teriakan dari dalam.
“Celana dalamnya mana wooo”
“Lah kirain BH aja tan. Bentar”, jawabku
Aku pun balik mengambil CD berenda warna ungu. Dan balik menyerahkan ke Tante Rahma.
“Nih tan. Itu tadi BH nya gede juga tan. Hehehe”, candaku
“Hush ngawur, gedean punya istrimu yoo”, timpalnya sambil menutup pintu kembali.
Aku masih terbayang-bayang apa yang ada di dalam kamar mandi. Hehehe. Kucing kok dikasih ikan asin.
Tantepun keluar dengan rambut yang masih basah serta sudah memakai baju
tidur terusan berbahan satin. Dia nampak seksi walaupun tercetak dia
masih memakain daleman. Sepertinya dia siap-siap mau tidur. Dan gantian
aku yang mandi.
Sambil mandi aku mendengar Tante Rahma menerima telepon yang sepertinya suaminya, Om Rudy. Dan tampaknya lagi marahan.
Setelah mandi aku ngobrol basa-basi dengannya.
AKu : “BTW tante telpon sama siapa tadi. Kok pake marahan”
Tante Rahma : “Ituloh Om RUdy, biasalah ada masalah dikit”
Aku : “Gimana sih Om itu, istri cantik gini kok dikasih marah, gak dikasih bahagia.”
Tante Rahma : “Udaaah yaaa gak usah gombal. Ntar tak aduin ke istrimu kalo kita sekamar”
Aku : “Yaelah tan, gitu amat ngancemnya”
Tante Rahma : “Sapa suruh. Eh btw aku mau tanya. Kalo kamu lagi marahan, cara baikkanya gimana ?”
Aku : “Kalo kita mah gampang tan. Sex adalah jawabannya. Ku telanjangi aja Hana. hehehe”
Tante Rahma : “Hmmm dasar, kamu ajah tu yang mesuman. Udah ah aku mau tidur. Kamu jangan mesumin tantemu yang tidur lo ya”
Aku cuman cengengesan aja. Ya kalo ada kesempatan ya jangan dilewatin pikirku.
Karena aku juga capek, kitapun tidur di ranjang masing-masing.
Tengah malam aku kebelet kencing. Waktu aku terbangun, betapa kagetnya
aku. Posisi tidur tante yang miring membelakangiku, selimutnya sudah
semburat dan dasternya terangkat sampai pinggul.
Tampak bongkahan pantat yang tertutup celana dalam warna ungu itu. Seksi
. Hmmm pria mana coba yang tidak tergoda melihatnya. Walapun tanteku
ini sudah setengah baya, tapi aku berani jamin itu pantat masih montok
dan berisi.
Kuberanikan mendekat dan kucoba kusentuh pelan-pelan itu pantat…
advertisement
Kayaknya aku ngefans berat ama itu pantat. Tapi tante Rahma bergerak
telentang. Aku kaget doong. Aku langsung balik ke kasurku. Tapi ternyata
masih terlelap.
Namun kini ada pemandangan lain yang kulihat. Dengan kondisi bajunya
yang masih tersingkap, masih nampak CD tampak depannya. Akupun mendekat.
Nampak beberapa bulu-bulu kemaluannya yang keluarr dari celana
dalamnya.
Wah nampaknya jembut tante lebat juga sampai-sampai ada yang
keluar-keluar begtu. Ingin sekali ku menjamahnya. Tapi ntar deh nunggu
situasi. Bahaya nih kalo tante terbangun karena ulahku. Bisa perang
sodara.
Keesokan harinya kami beraktifitas seperti planning awal. Hampir
seharian kami ke workshop hingga sebelum maghrib kami balik ke hotel.
Aku menyuruh tante untuk duluan balik, karena aku akan ke minimarket
duluan. Dan tante Rahma nitip dibelikan obat tolak angin.
Waktu aku balik, sepertinya tante lagi mandi. Baju yang dia pake tadi
tergeletak di kasurnya. Begitu juga dengan cd dan bh nya. Kudekati dan
aku penasaran dengan bau celana dalamnya. Hmmm aroma keringat dan bau
liang kewanitaan bercampur. Yang aku yakin semua titit lelaki akan
bereaksi. Setelah puas kuletakkan lagi supaya tidak ketahuan kalo tante
Rahma tiba-tiba keluar.
Terdengar suara pintu kamar mandi terbuka dan kulihat dia keluar dengan
hanya berlilitkan handuk. Nampaknya dia kaget karena aku sudah datang
dan agak kikuk karena hanya berbalut handuk..
“Eh sudah balik kamu wo”, katanya
“Iyah tan. Capek juga hari ini”, jawabku sembari basa-basi agar suasana cair
Aku menelan ludah melihat pemandangan itu. Handuk hotel yang hanya bisa
menutup sebagian tubuhnya. Bagaimana jadinya kalo lilitannya lepas ?
hahaha
“Udah sana wo kamu mandi dulu. Aku juga mau ganti baju”, kata tante Rahma
Seperti hari sebelumnya, terdengar dari kamar mandi dia menelpon suaminya sambil marah-marah.
Setelah selesai mandi aku balik ke kasur, dan tante Rahma sudah ganti baju memakai baju tidur satin terusannya kemarin.
Tante Rahma : “Tolak anginnya mana Wo?”
Aku : “Oh ini tan”, sembari aku ambilkan
Aku : ”Emang kenapa tan? Sakit ?”
Tante Rahma : “Hmm.. kayaknya masuk angin Wo. Agak pusing nih”
Aku : “Mau tak pijit tah ?”
Tante Rahma : “Emang bisa kamu ?”
Aku : “Yaelah tan, coba tanya Hana gimana enaknya pijatanku”
Tante Rahma : “Yauda de, coba. Ini pijet sini enak kayaknya.”
Tante Rahma memposisikan duduknya dengan nyaman sembari menunjuk
lehernya supaya dipijat. Aku pun beranjak duduk di kasurnya dan
mengambil posisi di belakangnya.
“Permisi ya tan”, aku mulai memijat tengkuknya
“Hmm iya disitu enak Wo”, cuitnya
Aku memijat tengkuknya dengan telaten. Kemudian berpindah ke kepalanya.
Teknik memijatku ini aku tiru dari Mbak Sun pembantuku yang sering
memijat kepalaku seperti ini.
“Masuk angin tan ?”, aku memecah kesunyian supaya lebih rileks
“Iyah kayaknya. Kecapekan kali ya”, balasnya
“Iya mungkin. Atau jangan-jangan karena tante marah-marah mulu sama si Om. Aku dengen ribut mulu kalo telepon”, kataku
“Hmmm.. iya tuh. Si Rudy itu mulai macem-macem”, Tante Rahma mulai cerita
“Macem-macem gimana tan ?”, aku mencoba mengoreknya. Biasa kepo.
“Hmmm… iyah disitu enak. Ya tempo hari di HPnya tante nemuin chat mesra
ama sekertarisnya. Kayaknya juga mereka pernah ngamar. Dasar brengsek
emang itu laki”, sambil keenakan dengan pijatanku dia terus mengoceh
Akupun setia dengerinnya. Sesekali aja aku nyaut.
“Udah sabar aja tante. Suatu saat juga om bakal kembali ke pelukan istrinya lagi.”, komenku
“Yang bikin kesel, kejadian ini udah gak satu dua kali aja aku pergoki”, timpalnya lagi
“Lagian om sih. Masak istri masih cantik gini disia-siain”, aku mencoba memujinya
“Hmmmm.. masak sih Wo ? ”, sambil keenakan kena pijitanku di kepala, dia tersenyum waktu kupuji
“Laiyaah lah tante. Aku gak bo’ong. Apalagi selain cantik, asetnya juga gede”, kataku mencoba menyerempet ke bahasan lebih intim
“Aset?”, dia masih belum mengerti
“Iyah.. Sorry nih ya tan. Ituu aset tetek hehehe”, aku coba jelasin lebih vulgar
“Iiih tau darimana kamu coba ? kamu ngintip aku mandi ya ?”, Si tante mencoba tanya
“Yaaah gima sih. Kemarin kan aku disuruh ngambilin BH tante. Ya tau
ukurannya lah. Itu gede tau tan”, aku jawabnya sambil tersenyum
Tante Rahma semakin nyaman dengan pijatan dan obrolannya. Dan aku mencoba untuk bisa memijat tubuh Tante seluruh badan.
“Ini kalo pijat punggung sampai kaki enak juga kayaknya tan”, aku mencoba memberikan penawaran.
“Hmmm yaudah. Tapi kamu jangan macem-macem lo ya. Tapi lampunya ganti pake yang redup”, jawabnya
“Ya enggak lah tan. Sama tante kok macem-macem”, kataku sambil mematikan
lampu utama kamar dan menggantinya dengan lampu yang lebih redup.
Suasana kamar menjadi lebih remang. Tante beranjak berdiri dan
menanggalkan baju tidurnya menyisakan BH dan CDnya. Terpampang tubuh
mulus tanteku ini. Dadanya terlihat besar walaupun masih terbungkus BH.
Nampaknya dia masih malu untuk membuka semuanya. Tapi gak apa. Slow but
Sure. Diapun kembali berbaring lagi.
Aku mulai memijat punggunya. Tanpa minyak. Walaupun begitu, dia nampak keenakan.
“Sshhh enak Wo. Teken lagi wooo daerah situ”, begitu ketika aku mulai memijat punggungnya
Sambil kulihat matanya terpejam karena keenakan.
“Tante pake minyak atau handbody lebih enak nih. Dijamin”, aku mencoba memberikan penawaran lebih
“Itu coba di tas Tante ada”, jawabnya
Aku ambil handbody di tas Tante Rahma. Dan benar wanginya wangi bener. Terlihat mahal.
Aku usapkan di punggung tante.
“BHnya aku buka yah, Ntar kena handbody nih”, aku mencoba bermodus
Dia cuman mengangguk. Gak perlu lama kaitan BHnya sudah aku buka.
Aku mulai melumuri punggung tante Rahma dengan handbody. Kombinasi
usapan dan pijatan kuberikan di punggung tante hingga tengkuknya.
“Hmmmm… enak wo. Terus”, cuman kata-kata seperti itu yang kudengar dari Tante sembari matanya terpejam.
Area punggung wanita memang area sensitif. Sembari memijat punggung, aku dekatkan mulutku di tengkuknya. Kutiup pelan.
“Sssshhhh… shhhh.. Hmmmmm”
Tante Rahma mulai merasakan kenikmatannya. Nafasnya mulai berat.
Terkadang dia membenamkan muka di bantal. Mungkin saja dia sudah
merasakan horny.
Teknik memijat ini aku pelajari dari berbagai macam video czech massage. Dan kupraktekan ke tante Rahma.
Dari punggung, aku berpindah ke kaki dan betisnya. Kupijit dari ujung kaki ke betisnya.
Tante Rahma masih menikmati pijatanku.
“Shhh enak Wo. Kamu belajar dimana mijat enak kayak gini. Hana beruntung punya suami pintar bikin enak gini”, katanya
“Otodidak tante. Yang penting Tante gak masuk angin lagi”, jawabku
advertisement
Pijatanku aku naikkan sampai ke pahanya. Didepanku masih ada pemandangan
bokong berbalut celana dalam. Dan aku mencoba memijat bokong tante
kandung istriku ini. Sesekali kuremas dengan masuk ke celana dalamnya.
Kuulangi lagi pijatanku dari betis, paha sampai bokong lagi dengan
sedikit remasan.
Kali ini tanganku coba untuk menelusup ke pangkal paha bagian dalamnya.
Dan sepertinya membuat tante Rahma lebih horny dari sebelumnya. Itu
terlihat dari pinggulnya yang mulai bergerak-gerak kanan-kiri kadang dia
angkat. Apalagi sesekali tanganku menyenggol bagian memeknya. Bahan dia
melebarkan kakinya supaya aku bisa leluasa memijat daerah sensitif itu.
“Ssshhh… hmmmmm….. Ssshhhh…. Ehhhhhhhh”, desiran halus ini yang aku dengan darinya
Tak beberapa lama aku merasakan celana dalamnya sudah lembab dan
sepertinya basah di bagian memeknya. Yak, dia sudah sange nih. Tapi aku
tetep santay saja.
“Shhhh… ehhhh.. Ahhhhh”
Tapi tidak berapa lama, tante Rahma ingin stop.
“Aduuuuh Wo kenapa sampai begini yaaaah. Stop aja yahh tante takut keterusan.”, katanya
“Oh iya tante gak papa. Santai aja”, walaupun aku sudah konak tapi tetap
santai. Karena hal seperti ini harus dilakukan tanpa terburu-buru. Kalo
rejeki gak akan kemana.
“Kamu kok bisa bikin enak gitu sih Wo ? Hana beruntung banget ih ”, katanya sambil dengan nafasnya yang masih memburu
“Yah lain kali kalo ingin pijat lagi gak papa kok tante”, jawabku
Dia pun bergegas ke kamar mandi sambil menutup teteknya dan hanya ber
celana dalam saja. Aku yakin memek tante ini sudah basah kena rangsangan
pijatan.
Tapi aku gak grasa-grusu untuk menuntaskan kesangeanku malam ini. Yang penting bikin Tante Rahma nyaman dulu.