advertisement
advertisement
Pada awalnya aku tidak pernah menyangka akan ML untuk pertama kali pada
bulan pertamaku tinggal di Bali. Waktu itu aku baru masuk kuliah dan
dapat tempat kost di daerah Jimb. Lingkungan kostku juga cukup enak dan
tenang, apalagi aku tinggal sendiri di kostku itu.
Cuma ada 4 kamar yang terisi pada saat itu. Satu keluarga muda, mungkin
baru berumur 30-an, Seorang pria setengah baya, dan 2 wanita muda yang
cantik dan seksi, umurnya sekitar 22-27 (mereka tinggal satu kamar) dan
aku. Kebetulan mereka berdua tinggal di sebelah kamarku. Sebut saja
mereka Evi dan Silvi. Evi yang lebih muda selalu ada di rumah sore hari,
jadi aku sering mengobrol dengannya. Seminggu setelah aku tinggal di
tempat kost itu barulah mulai petualangan seksku. Siang itu seperti
biasa aku pulang kuliah dan tiba di tempat kostku.
advertisement
Tidak sengaja aku melihat ke dalam kamar Evi, Evi sedang tidur siang.
Mungkin karena udara di tempat kostku cukup panas dia tidak menutup
jendela dan hanya mengunakan kaos tipis dan celana pendek, dan saat itu
kaosnya sedikit tersingkap dan terlihat payudaranya (Evi tidur tanpa
menggunakan bra). Saat itu juga darahku terasa naik dan penisku
mengeras. Jujur saja, aku belum pernah melihat pemandangan seindah itu.
Tapi saat itu aku cuma bisa mengagumi dengan melihatnya saja. Setelah
puas akupun masuk ke kamarku dan mengkhayal bila aku bisa meraba
payudara dan paha mulusnya. Sekitar jam 3 sore aku keluar kamar, kulihat
Evi sudah bangun dan sedang duduk di depan kamarnya dan memang seperti
biasa kost tempatku itu sedang sepi. Masih dengan pakaian yang tadi,
akupun keluar dan mengobrol dengan Evi dan sekali lagi aku cuma bisa
memandangnya. Kamar kost Evi isinya cukup lengkap, TV, VCD dan bahkan
kulkas. Dengan dalih mau nonton TV aku ajak Evi untuk ngobrol di dalam
saja.Walaupun ngobrol, mataku sekali-kali melirik ke badannya dan
mangagumi tubuhnya. Penisku mengeras melihat itu dan akupun semakin
gelisah. Melihat aku gelisah Evi tersenyum. “Kenapa Re?, Gak enak yah
duduk dibawah?”, Tanya Evi sambil senyum. “Ah gak kok cuma kesemutan”
jawabku sekenanya sambil melirik ke arahnya. “Panas ya udaranya. Lihat,
bajuku aja sampe basah sama keringat”, katanya sambil menarik-narik
bajunya. “Aku mandi dulu yah, kamu mau ikut gak mandi bareng aku?”,
sambil tertawa dan menyubit pinggangku.“Bener nih”, tantangku. Evi cuma
tertawa dan berlalu ke kamar mandi. Kamar kost kami masing-masing ada
kamar mandinya dan juga ada di belakangku. Entah kenapa tiba-tiba
VCD-nya menyala sendiri (ternyata remotenya kedudukan olehku) dan
ternyata ada film di VCD-nya, dan itu film porno. Aku tonton film itu
dan tanpa sepengetahuanku ternyata Evi sudah selesai mandi dan telah
berdiri di belakangku. “Hayo nonton BF ya”, katanya tiba-tiba membuatku
kaget. Aku menoleh dan oh god, Evi cuma menggunakan handuk saja.
Tingginya yang 165 cm berkulit putih hanya menggunakan handuk sebatas
dada dengan payudaranya yang sedikit terlihat dan bawahnya beberapa
centi saja dari lekuk pantatnya yang bulat. “Eh sorry vi, gak sengaja.
VCD nya nyala sendiri” kataku sambil mematikan VCD. “Kok dimatiin, abis
ini adegannya seru loh..?” katanya sambil duduk di sebelahku dan
menyalakan VCD lagi. Penisku yang sudah sejak siang tadi sudah menegang
jadi semakin tegang sekarang apalagi noton VCD itu ditemani seorang Evi
yang cantik di sebelahku dengan hanya menggunakan handuk. “Tuh kan
adegannya seru” katanya. Saat itu di VCD tampak sang bintang wanita
sedang merintih karena vaginanya dijilati. “Kalo dijilat gitu rasanya
enak gak?” tanyaku. Evi tersenyum saja menjawabnya, “Dah, liat dulu aja”
Sekarang aku semakin gelisah dan penisku semakin menegang. Evi tampak
menikmati film itu dan nafasnya pun semakin berat mungkin karena
gairahya yang mulai timbul sama dengan gairahku yang sudah timbul sejak
siang tadi. Pelan-pelan aku mencium aroma wangi dari tubuh Evi yang
segar setelah ia mandi. Dan aku pun mencium lehernya. Evi pun melengos.
“Kenapa Ren?, Kamu mau cium aku ya?” “Aku dah gak kuat Vi, boleh yah aku
cium Vi?” “Kamu dah konak ya dari tadi”, katanya sambil meraba penisku
dari luar. Saat itu aku pakai celana pendek Hawaii. Aku diam saja dan
terus mencium lehernya. Pelan-pelan tanganku menarik handuknya turun
sehingga terlihat payudaranya yang putih dan indah. Putingnya yang agak
kecoklatan naik ketika kuraba lembut. Akupun segera melumat bibirnya
sambil tanganku meraba payudaranya. Evi pun membalas ciumanku dengan
hangatnya. “Hhh”, terdengar desisnya ketika mulutku meluncur turun dan
mulai menciumi payudaranya yang kira-kira berukuran 36B. Tanganku pun
makin sibuk melepas seluruh handuknya sehingga membuat jariku dapat
dengan mudah menyelusup ke liang kewanitaannya. “Ssshhh terus Ren”,
desisnya semakin menjadi ketika tanganku mengelus klitorisnya.Mulutku
pun sibuk menciumi-kedua bukit kembarnya. Tangan Evi yang semula di
samping perlahan naik ke kepalaku dan meremas rambutku. Genggamannya
makin kuat seiring gerakan tanganku di vaginanya yang sudah mulai basah.
Pelan-pelan mulutku mulai turun menciumi perutnya dan akhirnya sampai
di liang kewanitaannya. “Aaahhh Ren, enak Ren” Evi menggelinjang hebat
ketika lidahku menyapu habis klitorisnya. Vaginanya yang sudah basah
dengan lendirnya semakin basah oleh sapuan lidahku. Tangannya yang sudah
bebas bergerak ke penisku dan mengocok penisku. “Enak Vi” erangku
menerima kocokan di penisku. Penisku semakin tegang dan mulai basah.
“Besar juga punyamu Ren” kata Evi di tengah racauannya. Lidahku pun jadi
semakin giat melumat habis klitorisnya. Dan akhirnya kulihat lubang
kewanitaannya dan kumasukan lidahku ke dalamnya.“Ren, kamu nakal Ren”
racaunya dan badannya pun menggeliat hebat, kocokannya pun pada penisku
semakin cepat membuatku terengah-engah. Setelah 15 menit lidahku
mengobok-obok vagina dan lubang kewanitaannya, tubuh Evi pun menegang
disertai desahan kepuasannya. Evi orgasme dengan menjepit kepalaku di
antara kedua paha putih mulusnya. Kocokan pada penisku pun melemah
padahal aku sedang merasakan nikmatnya. Celanaku yang masih terpakai aku
lepas dan kuarahkan batang kemaluanku ke mulut Evi. Evi pun menarik
penisku dan memasukkannya ke dalam mulutnya dan menjilati kepala
penisku. Tubuhkupun direbahkannya sambil terus mengulum penisku. Makin
lama kuluman Evi bertambah cepat membuatku merasakan nikmat yang belum
kurasakannya sebelumnya. Sambil menikmati kuluman Evi, aku melihat ke
arahnya. Rambut hitamnya yang lebat menutupi sebagian besar wajahnya.
Matanya sesekali terpejam dan melirik nakal ke arahku sambil mengulum
penisku dengan cepatnya. Akupun mengubah posisiku dan kembali menciumi
bagian kewanitaannya dan melumat habis kllitorisnya lagi. Evi pun
mendesah dan makin cepat mengulum penisku sambil sesekali tangannya
memainkan buah zakarku. Cukup lama juga posisi 69 itu kulakukan sebab
kenikmatan sama-sama kami rasakan. Hingga akhirnya Evi mengalami orgasme
yang kedua kalinya dengan desahan puas yang cukup panjang dan melepas
kulumannya. “Ren, Masukin penismu dong Ren, jangan buat aku tersiksa”
racau Evi di antara desahannya. Akupun mengatur posisiku. Evi yang masih
tidur telentang dengan kaki menekuk membuka pahanya sehingga aku dapat
melihat vagina indahnya. Kuarahkan batang kemaluanku yang sudah membesar
dan menegang ke lubang kewanitaannya. Pelan-pelan kumasukkan kepala
penisku, kulihat Evi menggigit bibirnya ketika penisku masuk ke dalam
vaginanya yang sempit. Akupun merasakan kenikmatan yang baru kali itu
kurasakan ketika seluruh batang kemaluanku tertanam di lubang
kemaluannya, terjepit dan seperti dipijat. Akupun mengerakkan pantatku
maju mundur sambil kulihat Evi memejamkan mata dan mendesah. Tak lama
Evi pun mengimbagi gerakanku dengan sesekali menggoyangkan pinggulnya.
“Lebih cepat sedikit Ren, ahhh, enak sekali”. Akupun mempercepat
gerakanku. Evi pun melenguh dan mendesah, dan pinggulnya pun makin cepat
bergerak.“Terus Ren”, katanya. Desahannya membuatku semakin bernafsu
dan akupun mencium bibirnya, lehernya dan belakang telingnya. Desahan
dan nafasnya semakin tak beraturan. “Terus Ren, aku sebentar lagi
sampai”.Akupun mempercepat gerakanku dan tak lama Kaki Evi yang
melingkar di pinggangku menguat begitu juga pelukannya. Evi telah
orgasme lagi. Lenguhannya yang panjang membuatku semakin terangsang.
Tetapi Evi mendorong tubuhku karena badannya cukup lelah.“Kamu masih
belum keluar ya Ren? Tanya Evi. Dia pun menarik penisku sambil dan
kembali mengulumnya. Kulumannya kali ini pun cukup lama sambil tanganku
memainkan klitorisnya. Setelah agak lama, Evi pun mengatur posisinya dan
memeragakan gaya woman on top. Dia duduk di atas perutku sambil
menggoyangkan pinggulnya dan sesekali memutarnya. Akupun mencoba bangkit
karena aku tak tahan melihat payudaranya yang putih. Aku ingin sekali
mencium dan melumat payudara putih dan kenyalnya. Kucium payudaranya dan
perlahan naik ke lehernya dan belakang telinganya. Aku suka sekali
mencium belakang telinganya karena Evi selalu mendesah hebat kalau
dibegitukan. Seiring dengan desahan dan gerakan tubuhnya yang semakin
cepat akupun merasa aku akan mencapai puncak kenikmatanku. Desahan dan
gerakannya makin cepat, akhirnya melemah diiringi desahannya yang
panjang.Akupun mencapai puncak kenikmatanku saat itu. Sambil mendesah
Evi pun membaringkan tubuhnya ke kasur dengan posisi penisku masih ada
di dalamnya. Akupun perlahan mencabut batang kemaluaku yang telah basah
oleh cairannya dan cairanku sendiri. Kucium lagi bibirnya sambil
kuucapkan terima kasih padanya. “Makasih ya Vi, Ini pengalaman
pertamaku, tapi aku puas dengan dirimu”. “Aku juga puas dengan kamu Ren.
Kamu hebat Ren”. “Aku juga Vi”, kataku sambil mencium bibirnya lagi.
Aku pun berdiri dan mengenakan bajuku lagi. Evi pun memperhatikan
penisku ketika aku mengenakan baju. Dia duduk dan kembali mengulum
penisku. Tapi itu tidak berlangsung lama padahal penisku sudah siap dan
tegang lagi. “Di simpan buat lain kali aja ya Ren”, katanya ketika
nafasku mulai kembali tidak beraturan.Aku hanya tersenyum, “Masih ada
lain kali ya Vi”. Evi hanya tertawa dan kembali ke kamar mandi. Ternyata
‘lain kali’ itu adalah keesokan harinya dan berlanjut terus setiap kali
ada kesempatan.