Namaku Andri, seorang mahasiswa tingkat akhir di perguruan tinggi
terkenal di Kota Jakarta. Perceraian kedua orangtuaku pada akhirnya
memaksaku untuk menerima kenyataan bahwa aku memiliki seorang ibu tiri
bernama Ratna yang berusia 38 tahun. Selama ini ibu tiri kerap
divisualisasikan sebagai sosok yang kejam dan jahat, namun tidak dengan
ibu tiriku ini yang begitu baik sampai aku tidak merasa bahwa dia bukan
ibu kandungku, kasihnya kepadaku sama seperti anak kandungnya sendiri.
Setelah beberapa tahun ‘diurus’ olehnya, aku cukup bahagia hidup sejauh
ini.
Sampai suatu ketika aku mengetahui sebuah rahasia besar tentang ibu
tiriku. Saat aku pulang kuliah, di pertengahan perjalanan ke rumah, tak
sengaja aku melihat ibu tiriku berjalan dengan seorang pria, yang jelas
bukan ayahku, yang usianya mungkin sama dengannya. Aku melihat mereka
begitu mesra, bercengkrama dan saling tertawa. Awalnya aku tidak ingin
memperdulikan mereka, namun aku mendadak menjadi detektif karena
penasaran dengan apa yang sedang terjadi. Secara diam-diam aku ikuti
kemana pun mereka pergi, yang pada akhirnya aku sangat terkejut ketika
mereka memasuki sebuah hotel. Pikiranku mulai ngeres, membayangkan ibu
tiriku sedang ‘digauli’ oleh pria itu. Beberapa hari setelah kejadian
itu, aku bersikap seolah-olah tidak mengetahui dan tidak merasa kecewa
pada ibu tiriku. Bahkan selanjutnya, aku kerapkali menemukan ibu tiriku
bersama pria yang sama dan selalu berakhir di hotel yang sama.
Hari ini aku memang cepat pulang karena dosenku berhalangan hadir di
kelas. Tetapi aku memang ingin cepat pulang. Singkat cerita akupun
sampai di rumah. Aku menemukan sepasang sepatu di teras depan. Aku tidak
tahu itu punya siapa. Aku yang penasaran pun segera masuk ke dalam
rumah, ternyata pintu juga tidak terkunci. Saat aku di dalam aku
langsung mendengar suara cekikikan ibu tiriku dari dalam kamarnya.
Segera aku menuju ke kamar ibu tiriku, dari celah pintu yang tak
tertutup sempurna akupun mengintip apa yang terjadi di dalam. Astaga!
Aku terkejut melihat apa yang aku temukan. Ibu tiriku sedang duduk
berduaan di atas tempat tidur dengan pria selingkuhannya.
Aku bukannya marah dengan apa yang aku lihat, aku malah sangat senang untuk melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.
“Kamu memang cantik, Ratna.” Puji pria itu sambil membelai rambut ibu tiriku.
“Kamu kemana saja sih Mas … Aku kangen.” Ucap ibu tiriku sangat manja.
Dari ucapannya aku tahu kalau ini bukan pertama kalinya, mereka sudah
sering melakukannya.
“Kemarin ada urusan di kantor, he he he …” jawab si pria lalu mencium bibir ibu tiriku.
Tidak hanya itu, si pria sepertinya berusaha meloloskan daster yang
dipakai ibu tiriku. Kulihat ibu tiriku membiarkan dan tidak berusaha
melawan, bahkan bantu berdiri sehingga daster itu turun merosot dari
tubuhnya. Ibu tiriku kini bertelanjang bulat. Aku akui bahwa body ibu
tiriku sangat aduhai ditambah paras cantiknya hingga tak sadar akupun
merasakan ‘juniorku’ mulai bergerak dibalik celana. Mereka kembali
lanjut duduk berciuman di tepi ranjang. Sambil berciuman mereka juga
saling menggerayangi tubuh masing-masing. Setelah beberapa menit,
kulihat wajah ibu tiriku mulai memerah dan mengkilap karena keringat.
Ibu tiriku sudah horny berat. Kemudian, mereka naik dan rebahan
di atas ranjang. Dari posisiku saat ini, aku tidak bisa lagi melihat
mereka, tetapi aku masih terus mendengar suara cipokan, mereka bercumbu
dengan ganasnya.
“Masukin Mas … Masukin kontol mas ke memekku!” Terdengar suara manja ibu
tiriku yang cukup mengejutkanku. Aku tidak pernah membayangkan ibu
tiriku akan berkata sevulgar itu, namun kali ini aku mendengarnya
langsung.
Aku jelas sangat ingin melihat apa yang akan terjadi selanjutnya. Aku
ingin melihat ibu tiriku disetubuhi pria itu. Sayangnya, aku hanya bisa
mendengar dan membayangkan apa yang sedang terjadi di dalam. Ya, dari
yang aku dengar mereka sepertinya sudah mulai bersetubuh. Suara erangan
dan rintihan mereka terdengar sahut menyahut, plus suara kecipak
peraduan selangkangan mereka yang terdengar cukup keras.
“Terus mas…. Entotin aku terus… jangan kasih ampun…” Rintih ibu tiriku
manja. Sialnya suara rintihan manja ibu tiriku malah membuat aku menjadi
horny. Suara racauan mereka terus terdengar. Aku lebih terfokus pada suaranya ibu tiriku yang membuat aku sangat horny.
Sebenarnya aku masih ingin terus di sana, tetapi aku tidak ingin
ketahuan. Aku rasa sudah cukup dan memutuskan untuk menyudahi aksi
mengintip dan menguping ini. Dengan pelan-pelan aku beranjak dari sana
dan menjauh dari kamar ibu tiriku kemudian masuk kamar tidurku.
Aku pun berbaring di tempat tidur sambil menetralisir horny yang
mendera tubuhku. Tak lama kemudian aku pun tertidur. Aku tidur lelap
sekali, tetapi entah berapa lama aku tertidur aku tak tahu. Sebuah suara
dan usapan lembut membangunkanku dari tidur. Kuusap mataku dan kubuka
mataku perlahan, kulihat ibu tiriku duduk di pinggir tempat tidurku.
“Ka … kamu kok cepat pu … pulang sayang?” Tanya ibu tiriku tergagap dan sedikit panik.
“Gak ada dosen, Mah …” Jawabku sambil bangkit dari posisi tidurku dan duduk di sampingnya.
“Se … sejak kapan ka … kamu di … rumah?” Tanya ibu tiriku lagi yang sangat kelihatan kepanikannya.
“Udah lama juga … Oh ya … Tamu Mamah udah pulang?” Tanyaku tanpa ragu.
“Ta … tamu yang … mana?” Ibu tiriku mencoba berkelit.
“Mah … Jangan bohong, aku sudah tau kok.” Jelasku sambil tersenyum.
“Kamu sudah tahu sebelumnya? Sudah pernah lihat?” Tanya ibu tiriku. Kali
ini aku mengangguk pelan. Kulihat ibu tiriku menghembuskan nafas,
mungkin merasa pasrah karena ternyata aksinya ketahuan olehku.
“Aku gak apa-apa kok, Mah …” Aku mencoba menenangkannya.
“Sayang … kamu gak marah?” Tanya ibu tiriku lagi dengan suara lembut.
“Ya, Mah … Tenang saja. Aku akan jaga rahasia Mamah.” Jawabku.
“Maafkan mamah ya sayang … Iya, mamah tahu, mamah memang salah, tapi …
itu salah papamu juga karena selalu jarang ngasih mamah jatah, kamu
ngerti kan maksud mamah? Kamu bisa pahamkan?” Ujar ibu tiriku membela
diri.
“Ya Mah … Aku ngerti.” Jawabku.
Akhirnya, ibu tiriku lebih terbuka padaku dan menceritakan
perselingkuhannya dengan beberapa pria selain pria yang sering kulihat
akhir-akhir ini. Alasan perselingkuhannya sangat klasik, yaitu ayahku
jarang sekali memberikan ‘nafkah batin’ pada ibu tiriku. Selain itu, aku
tahu kalau dari dulu banyak pria-pria di luar sana yang sering
mencuri-curi pandang kepada ibu tiriku karena kecantikannya. Aku
mendengarkan ceritanya dengan penuh penasaran, dan juga aku harus
berkali-kali mengusir pikiran mesumku karena memang cerita ibu tiriku
membuatku horny.
“Kamu pernah making love, sayang?” Tanya ibu tiriku setelah mengakhiri ceritanya.
“Hhhmmm … pernah.” Jawabku pelan.
“Hey … Ternyata anak Mamah nakal juga.” Ibu tiriku mencubit perutku.
“He he he … Kan nurut mamahnya.” Candaku sambil memeluk pinggangnya.
“Eit … eit … Awas! Jangan nakal ya?” Kata-kata yang keluar dari mulutnya
bertentangan dengan sikapnya yang tidak menolak saat tanganku mulai
meraba-raba pahanya.
“Kamu lagi pengen ya?” Kata ibu tiriku sambil menaruh tangannya di selangkanganku yang masih terbalut celana jeans.
“He eh …” Jawabku.
Rupanya kami sudah mengerti apa yang dimaui diantara kami berdua,
setelah itu kami mulai melucuti pakaian masing-masing. Penisku terasa
tegang karena tak menyangka tubuh ibu tiriku seindah itu. Lalu ia naik
ke atas ranjang dan merebahkan badannya telentang. Aku begitu takjub,
tubuh ibu tiriku yang aduhai telanjang dan pasrah berbaring di ranjang
tepat di hadapanku.
Kulihat ibu tiriku memperhatikan kejantananku yang berdenyut-denyut, ibu
tiriku tampak kaget, tetapi lalu tersenyum. “Ternyata kamu punya barang
istimewa juga,” katanya sambil meraih kontolku dan menggenggamnya,
mengocoknya dengan lembut, lalu mendekatkan wajahnya dan memasukkannya
ke dalam mulutnya dan mulai menyedotinya. Kontolku ternyata hampir tak
tergenggam tangan mungilnya, dan tidak seluruhnya masuk ke dalam
mulutnya, hanya sekitar tiga per empatnya.
Tak lama, ibu tiriku melepaskan kontolku dari mulutnya dan menatapku,
“Kamu udah pernah melakukannya kan?” tanyanya sambil membuka kedua
pahanya lebar-lebar. Aku mengangguk. Duh, memek itu, putih, mulus,
tembem dengan bulu hitam yang kontras dengan kulit putihnya. Aku sudah
lupa segalanya, yang ada sekarang hanyalah nafsu, aku lalu mendekatkan
wajahku ke selangkangannya, lalu kusosor celah basah itu dengan mulutku,
kuciumi dan kujilati celah yang menggairahkan itu. Ibu tiriku
mendesah-desah sambil memegangi kepalaku.
“Aaaah … kamu sudah pinter rupanya … tapi jangan lama-lama sayang …. Mamah udah nggak tahan …” katanya.
advertisement
Akupun tak berlama-lama, lalu bangkit, memegangi kontolku dan
mengarahkannya ke lubang kenikmatannya. Kudorong kontolku dengan
perlahan, ‘Bleesss …!’ dan amblaslah ke dalam lubang kenikmatan ibu
tiriku itu, dan bener-bener nikmat, hangat dan basah. Lalu aku mulai
menggenjotnya dengan perlahan. Tampak sepasang gunung kembarnya yang
membulat gede, putih dengan putingnya yang besar kecoklatan. Aku segera
menyambutnya dengan dua tanganku dan mulai meremasinya sambil terus
menggenjot kontolku, sementara tangan ibu tiriku mengelus-elus dadaku.
“Aaaaah … Sayaaaang … Mamah nggak nyangka kalo kamu punya barang
istimewa, ya ukurannya … ya sodokannya … ooohhhh …” Katanya sambil
mendesah-desah.
Wajahnya yang cantik sambil merem melek nikmat itu bikin aku tambah
semangat untuk menggenjotnya, dan tanpa berpikir apa-apa lagi aku
mendekatkan wajahku lalu menyosor bibir tipisnya dengan bibirku. Ibu
tiriku membalasnya dengan penuh nafsu. Makin lama tubuhku makin condong
ke depan dan akhirnya menindih tubuhnya sambil terus menggenjot kontolku
dan melumat bibirnya.
‘Sleep … sleep … Bless …!’ kontolku menghujam-hujam memeknya, kali ini agak keras hentakannya.
“Ooooooooooooohhhhhh …,” kontolku menancap sempurna di dalam memek ibu
tiriku diikuti desahan panjangnya, yang malah lebih mirip dengan
lolongan.
Entah berapa lama aku melakukannya sampai akhirnya ibu tiriku memeluk
tubuhku dan berguling ke samping, dan sekarang, giliranku yang
terlentang di atas kasur. Ibu tiriku membetulkan posisinya, lalu dengan
melipat dua kakinya, ia mulai menaik-turunkan bokongnya, duh nikmatnya,
apalagi sambil meremasi dua bukit kembarnya yang terguncang-guncang di
hadapanku. Sesekali ibu tiriku mencondongkan tubuhnya ke depan, melumat
bibirku, dan saat itulah aku menyodokkan kontolku dari bawah sambil
meremas bulatan bokongnya.
“Aaaaahhh sayaaang … enak banget ….” Katanya sambil mendesah-desah
dan terus menggoyangkan bokongnya mengimbagi sodokan kontolku dari
bawah.
“Aaaaahhh … kamu pinter banget sayang … Mamah nggak nyangka kamu sehebat ini …” Katanya sambil melumat bibirku lagi.
Setelah sekian lama, ibu tiriku menghentikan goyangannya dan bangkit,
maka lepaslah kontolku dari memeknya itu. Ia lalu nungging di atas
tempat tidur dengan melipat lutut dan sikunya. Aku juga bangkit dan
berlutut di belakangnya, kuremasi bokongnya yang indah sebentar,
kuarahkan batang kontolku ke lubang kenikmatannya lagi, dan kembali
kugenjot setelah amblas, sambil meremasi bulatan bokongnya yang indah
itu. Sesekali aku mencondongkan tubuhku ke depan, memeluk tubuhnya dari
atas sambil terus menggenjot kontolku, dan tanganku nyasar ke dua
payudaranya yang tergantung dan mulai meremasinya.
“Aaaahhh … sayang terus cepetin … aaaah … aaaah ….” Sementara
memeknya yang makin terasa basah mulai terasa menjepit-jepit dan
mengurut-urut batang kontolku. “Ayo sayang …. dikit lagi … terus …
cepetin…” Desah ibu tiriku.
Aku menuruti permintaannya, menggenjot kontolku dengan lebih cepat
keluar masuk memeknya bahkan agak sedikit kasar. Ibu tiriku
menggeliat-geliat dan terus mendesah-desah, memeknya semakin sering
mengempot, dan akhirnya, dalam sebuah sodokan, tubuhnya menggeliat,
mengejang, dan ‘cret-cret-cret …’ ada sedikit cairan yang
menyemprot dari dalam memeknya diikuti desahan panjangnya, “Aaaaaah …
Sayaaaaaang …. enaaak bangeeet….” katanya sambil terus
menggeliat-geliat keenakan menjemput orgasmenya.
Makin lama, kontolku mulai berdeyut, apalagi saat ibu tiriku
menggoyangkan bokongnya mengimbangi sodokan kontolku. Lalu saat kontolku
makin kencang denyutannya, kudorong tubuh ibu tiriku yang cantik dan
montok itu ke depan, kupeluk, kuremas bokongnya, dan kupercepat sodokan
kontolku. Ibu tiriku mengempot-empotkan memeknya yang sudah basah kuyup
itu.
“Ayo Sayaang, selesaikan … keluarin di dalam, jangan ragu-ragu, aaaah
aaaah….” Tantang ibu tiriku sambil melirik ke arahku. Kusodokkan
kontolku lebih dalam, dan disambut jepitan memeknya, kusodokkan lagi,
dijepit lagi, dan akhirnya, dalam sebuah sodokan terakhir, kontolku pun
tak bisa lagi menahan dorongan amunisinya, ia memuntahkan amunisinya di
dalam lubang kemaluan perempuan cantik yang tak lain adalah ibu tiriku
sendiri.
“Aaaaccchhhh …..!!!!” Erangku merasakan nikmat yang makin luar biasa
hebatnya, dengan seluruh tubuhku bergetar hebat dilanda kenikmatan
orgasme yang dahsyat itu. Dan tubuhku terkulai sambil menindih tubuhnya
yang basah oleh keringat. Setelah beristirahat sejenak, aku
menggulingkan badanku ke samping dan tidur terlentang. Kontolku sudah
terkulai lemas dengan batang yang belepotan cairan putih. Ibu tiriku
ikut berbaring dan menyamping ke arahku, lalu memeluk tubuhku dan
menaikkan pahanya di atas pahaku.
“Kamu luar biasa sayang …. Mama puas banget main sama kamu….” katanya sambil tersenyum lalu mencium pipiku.
“Mama juga ….” Kataku.
“Kamu suka?” Tanyanya, dan sebuah anggukan sebagai jawabannya.
“Terima kasih ya, Ma …” Kubisikkan lirih di telinganya sambil kukecup pipinya.
“Mama juga Ndri … baru kali ini Mama merasakan kenikmatan seperti ini, kamu hebat.” Kata ibu tiriku lalu mengecup bibirku.
Sambil bertelanjang bulat kami berbincang tentang pengalaman sex
masing-masing, memang aku yang lebih banyak mendengarkan, maklumlah yang
namanya wanita biasanya lebih ingin bercerita dan mengungkapkan isi
hatinya. Tetapi dengan mendengarkan aku mendapatkan banyak hal baru
terutama teman-teman ibu tiriku yang juga suka berselingkuh. Seperti
diberi jalan, aku pun mengutarakan keinginanku pada ibu tiriku.
advertisement
“Mah … Aku ingin ngerasain memek tante Fina.” Pintaku.
“Hey … Kamu naksir dia ya?” Tanya ibu tiriku.
“Sejak dulu aku ngebet ama dia Mah, tapi malu.” Aku mengakui bahwa aku suka dengan teman ibu tiriku itu.
“Hi hi hi … Boleh … Nanti Mamah undang tante Fina ke sini. Tapi Mamah
juga mau minta temanmu Roni ajak juga ke sini.” Ibu tiriku menyetujui
permintaanku dengan syarat.
“Mamah ternyata naksir si Roni …” Candaku sambil tersenyum.
“Hi … hi … hi … Masa Mamah mau bengong. Kamu main, Mamah juga harus main.” Kata ibu tiriku membalas candaanku.
###
Keesokan hari ….
Sesuai rencana, aku menghubungi Roni dan ibu tiriku mengundang temannya,
tante Fina. Kedua orang itu menyambut rencana kami begitu bersemangat.
Sampai pada akhirnya, menjelang jam 10 pagi, kami berempat telah
berkumpul di rumahku. Sambil makan dan minum, kami ngobrol tentang
banyak hal dan berakhir tentunya pada masalah sex. Selanjutnya, obrolan
kami mengalir begitu lancar, sehingga masing-masing kami mulai merasa
tidak canggung lagi. Ternyata ada persamaan di antara kami, yaitu
menyukai dan cenderung maniak pada sex. Diiringi musik yang disetel oleh
ibu tiriku, mulai ada perasaan yang agak aneh kurasakan. Aku tidak
dapat menjelaskan perasaan apa ini.
Tiba-tiba saja nafsuku bangkit, aku mendekati tante Fina dan menariknya
ke pangkuanku. Musik yang tidak begitu kencang terasa seperti
menyelimuti pendengaranku. Kulihat Roni juga menarik ibu tiriku dan
menciumi bibirnya. Aku semakin terangsang, tante Fina juga semakin
bergairah. Aku belum pernah merasakan perasaan seperti ini. Tidak berapa
lama tante Fina sudah telanjang bulat, entah kapan aku menelanjanginya.
Kuperhatikan Roni perlahan-lahan mulai mendudukkan ibu tiriku di meja
yang ada di depan kami. Tidak lama kemudia Roni pun mengangkat rok yang
dikenakan ibu tiriku, kemudian membukanya dengan cara mengangkatnya ke
atas. Ibu tiriku juga tinggal hanya mengenakan BH dan CD-nya saja. Saat
itu ibu tiriku masih duduk di atas meja dengan lutut tertekuk dan
terbuka menantang. Perlahan-lahan Roni membuka BH ibu tiriku, tampak
payudara mulus menantang menyembul setelah penghalangnya terbuka.
Sementara Roni kulihat semakin beringas menciumi sekujur tubuh ibu
tiriku. Perlahan-lahan jari-jemariku mendekati daerah kewanitaan tante
Fina. Kuelus bagian itu, aroma khas kemaluan wanita sudah terasa dan
bagian tersebut sudah mulai basah. Nampak bulu-bulu yang begitu lebat
menghiasi bagian yang berada di antara kedua paha tante Fina ini.
Kemudian kujilati seluruhnya tanpa sisa, sementara tangan kiriku meraba
kemaluannya yang ditumbuhi bulu hitam halus yang begitu tebal. Bagian
ini terasa sangat lembut sekali, mulut kemaluannya sudah mulai basah.
Perlahan kumasukkan jari telunjukku ke dalam.
“ Oughhhh… Sssss…. Aghhhhhh….” Desah tante Fina menikmati.
Kuteruskan melakukannya, kini lebih dalam dan menggunakan dua jari,
tante Fina meracau nikmat. Kini mulutku menuju dua bukit menonjol di
dada tante Fina, kuhisap bagian putingnya, tubuh tante Fina bergetar
panas. Tiba-tiba tangannya meraih kejantananku, menggenggam dengan kedua
telapaknya seolah takut lepas. Posisi tante Fina sekarang berbaring
miring, sementara aku berlutut, sehingga kejantananku tepat ke mulutnya.
Perlahan dia mulai menjilati kejantananku. Gantian badanku sekarang
yang bergetar hebat. Tante Fina memasukkan kejantananku ke dalam
mulutnya. Luar biasa enaknya.
Sementara itu, Roni dan ibu tiriku sudah berada di atas sofa sebelahku,
Roni dan ibu tiriku seperti membentuk angka 69. Ibu tiriku ada di bawah
sambil mengulum kemaluan Roni, sementara Roni menjilati memek ibu
tiriku. Nafas kami berempat saling berkejaran, seolah-olah melakukan
perjalanan panjang yang melelahkan. Bunyi musik yang entah sudah
beberapa lagu seolah menambah semangat kami. Kini tiga jari kumasukkan
ke dalam memek tante Fina, dia melenguh hebat hingga kejantananku
terlepas dari mulutnya.
Gantian aku sekarang yang menciumi memeknya. Kepalaku seperti terjepit
di antara kedua belah pahanya yang mulus. Kujulurkan lidahku
sepanjang-panjangnya dan kumasukkan ke dalam memeknya sambil
kupermainkan di dalamnya. Aroma dan rasanya semakin memuncakkan nafsuku.
Sekarang tante Fina terengah-engah dan menjerit tertahan meminta supaya
aku segera memasukkan kontolku.
Cepat-cepat kurengkuh kedua pahanya dan menariknya ke bibir sofa,
kutekuk lututnya dan kubuka pahanya lebar-lebar supaya aku dapat
memasukkan kontolku sambil berjongkok. Perlahan-lahan kuarahkan kontolku
menuju liang kenikmatan milik tante Fina. Ketika kepala kontolku
memasuki liang senggama itu, tante Fina mendesis.
“Ssss …. Aghhhhhh …. Oughhhh … nikmatnya … Ughhh … Terus Ndri, masukkan lagi, Aghhhh… !!!” Desahnya.
Dengan pasti kumasukkan lebih dalam sambil sesekali menarik sedikit dan
mendorongnya lagi. Ada kenikmatan luar biasa yang kurasakan ketika aku
melakukannya. Tanganku sekarang sudah meremas payudara tante Fina dengan
lembut. Tante Fina lalu mulai melakukan gerakan naik turun, ia angkat
pinggannya dan ketika sampai di kepala kontolku ia turunkan lagi.
Mula-mula ia pelan-pelan tetapi kini ia mempercepat gerakannya. Saat itu
aku sudah tidak memperdulikan Roni dan ibu tiriku lagi.
Kulihat wajahnya penuh dengan keringat, matanya sayu sambil merem melek
dan sesekali ia melihat ke arahku. Mulutnya mendesis-desis, sungguh
seksi wajah wanita yang sedang dikuasai nafsu birahi dan sedang berusaha
mencapai puncak kenikmatan. Wajah tante Fina terlihat sangat cantik
seperti itu ditambah lagi rambut sebahunya yang terlihat acak-acakan
terombang ambing gerakan kepalanya. Payudaranya terguncang-guncang, lalu
tanganku meremas-remasnya. Desahannya tembah keras ketika jari-jariku
memelintir puting susunya.
Pantatku masih maju mundur di antara kedua paha tante Fina. Luar biasa
memek tante Fina ini, seperti ada vacum cleaner saja di dalamnya,
kontolku seolah tertarik ke dalam. Dinding-dindingnya seperti lingkaran
magnet saja. Erangannya tidak pernah putus, sementara helaan napasnya
memburu terengah-engah. Posisi sekarang berubah, tante Fina sekarang
membungkuk menghadap sofa sambil memegang sisi sofa yang tadi tempat dia
berbaring, sementara aku dari belakangnya dengan masih berlutut
memasukkan kontolku. Hal ini cukup sulit, karena selain ukuran kontolku
yang besar, liang memek tante Fina juga semakin kencang.
Kemudian aku posisikan kaki tante Fina dengan cara melebarkan jarak
antara kedua kakinya, lalu dengan perlahan kucoba memasukkan kontolku.
Kali ini berhasil, tetapi tante Fina melenguh nyaring, perlahan-lahan
kudorong kontolku sambil sesekali menariknya. Memek tante Fina terasa
kencang sekali. Setelah beberapa saat, tiba-tiba keluarlah lendir kawin
tante Fina membasahi kontolku hingga terasa nikmat sekarang.
advertisement
Kembali kudorong kontolku dan kutarik sedikit, lalu aku bergoyang
semakin lincah, dengan memaju-mundurkan pantatku secara konstan.
Sepertinya tante Fina pun menikmati posisi sex ini. Buah dada tante Fina
bergoyang-goyang juga maju-mundur mengikuti irama yang berasal dari
pantatku. Kuremas buah dada itu, kulihat tante Fina sudah tidak kuasa
menahan sesuatu yang tidak kumengerti apa itu.
Erangannya semakin panjang, kecepatan sodokanku pun kutambah, dan saat
itu goyangan pinggul tante Fina pun semakin cepat dan liar. Saat itu
tubuhku terasa semakin panas. Saat itu aku merasakan ada sesuatu yang
terdorong dari dalam yang tidak kuasa aku menahannya. Sepertinya
menjalar menuju kontolku. Aku masih berusaha menahannya. Dengan cepatnya
kemudian aku mencabut kontolku dan mengangkat tubuh tante Fina ke
tempat yang lebih luas dan menyuruh tante Fina telentang di bentangan
karpet. Secepatnya aku menindihnya sambil menekuk kedua kakinya sampai
kedua ujung lututnya menempel ke perut, sehingga kini tampak memek tante
Fina menyembul seakan menantang kontolku untuk segera menacapkanya
kembali.
Segera kumasukkan kontolku kembali ke dalam liang memek tante Fina.
Pantatku kembali naik turun berirama, tetapi kali ini lebih kencang
seperti akan mencapai finis saja. Suara yang terdengar dari mulut tante
Fina semakin tidak karuan, seolah menikmati setiap yang kulakukan
padanya. Tiba-tiba tante Fina memelukku sekuat-kuatnya, goyanganku pun
semakin menjadi liar.
“Ah … Ndri.. tante … ti … tidak … tah … aku … sssstt aaah
… ya … ke … luar … aaaaacchh …!!!” kata tante Fina sambil
menempelkan badannya ke badanku dan dia semakin mempercepat gerakan
pinggulnya untuk mengocok batang kontolku dan aku membantunya dengan
mengangkat sedikit pantatnya dan mengocok dengan kecepatan penuh.
“Seeerrr …. seeeerrr…..!” terasa semprotan cairan hangat di ujung batang
kemaluanku yang masih di dalam vagina tante Fina, lalu tubunya bergetar
hebat, pinggulnya terangkat naik. Cairan hangat membasahi batang
kejantananku. Cairan hangat menyirami batang kontolku dan kurasakan
dinding vaginanya seakan akan menyedot kontolku begitu kuat dan akhirnya
aku pun tidak kuat. ‘Crott … crot … croot …!” Saat itu aku pun
berteriak sejadinya, terasa ada sesuatu keluar dari kontolku. Aku pun
mencapai klimaks. Nikmatnya luar biasa. Lalu kami saling berpelukan erat
meresapi kenikmatan yang merasuki kami berdua.
Di atas sofa Roni dan ibu tiriku ternyata juga sudah mencapai puncaknya.
Kulihat ibu tiriku tersenyum puas. Sementara tante Fina tidak mau
melepaskan kontolku dari dalam memeknya, kedua ujung tumit kakinya masih
menekan kedua pantatku. Tidak kusadari seluruh cairan yang keluar dari
kontolku masuk ke liang memek milik tante Fina. Kulihat tante Fina tidak
memperdulikannya.
Pesta sex ini terus berlangsung sampai sore, melampiaskan keinginan
birahi kami yang semakin menggebu. Kami juga bertukar pasangan untuk
memperoleh sensasi persetubuhan yang mengagumkan. Pengalaman sex ini
bisa dibilang sangat menyenangkan dan pada akhirnya kami pun
mengulanginya kembali di hari-hari berikutnya dengan peserta yang lebih
banyak lagi.